Kajian Islam Makin Mendapat Perhatian Di Jepang

Berikut ini artikel yang diambil dari majalah Aneka Jepang edisi 316, menarik untuk disimak.

———————-

Counsellor Kato:

Kajian Islam Makin Mendapat Perhatian Di Jepang

Pada kesempatan pembukaan Pusat Studi Jepang di Universitas Al Azhar Indonesia pada tgl. 20 April 2006, Counsellor Kato (Direktur Penerangan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Jepang) berkesempatan memberikan kata sambutan mengenai hubungan Jepang dan Islam dewasa ini. Berikut ini adalah cuplikan dari pokok penjelasan yang diberikan oleh Counsellor Kato.

Kajian Islam di Jepang dewasa ini makin mendapat perhatian dan berkembang cukup baik. Kalau kita melihat sejarah Jepang, terutama setelah terjadi krisis minyak pada tahun 1973-1974, ternyata makin besar rninat masyarakat Jepang untuk mendapatkan informasi tentang negara-negara penghasil minyak di TimurTengah, dan sejalan dengan itu juga agama Islam. Sebelumnya, yaitu pasca Perang Dunia Kedua, juga terjadi boom perhatian terhadap Islam, dengan tersebarnya infonmasi tentang negara-negara Asia Tenggara, terutarna Indonesia yang mayonitas penduduknya beragama Islam, termasuk cenita pengalaman orang-orang Jepang yang pernah bertugas di kawasan ini.

Dewasa ni Jepang memiliki cukup banyak pakar kajian Islam dan sejumlah pusat kajian Islam di berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Meskipun demikian, berita dan pengetahuan tentang Islam di kalangan masyarakat Japang boleh dikatakan belum cukup memadai, mengingat di masa lampau pengetahuan tentang Islam lebih banyak berasal dari sumber-sumber Barat yang kadang-kadang tidak begitu akurat. Hingga sekarang pun di Jepang terasa sangat kurang literatur populer tentang Islam sehingga kalangan masyarakat biasa belum bisa mengenal Islam dan dunia Islam dengan baik. Masyarakat umum di Jepang pada umumnya hanya tahu beberapa istilah saja, seperti Mekkah, Ramadhan, puasa, lebaran, shalat. . .ya baru sebatas itulah.

Kedutaan Besar Jepang di Indonesia selalu melakukan usaha untuk memperdalam saling pengertian antara Jepang dan masyarakat Muslim di Indonesia yang merupakan mayoritas. Telah beberapa kali diselenggarakan kunjungan ke pesantren dan lembaga Islam guna mernbina tali silahturahmi, mengenal masyarakat Muslim Indonesia secara lebih dekat dan sekaligus memperkenalkan berbagai aspek Jepang. Bukankah ada pepatah yang mengatakan “KaIau tak kenal maka tak sayang”. Selain itu, kami juga berupaya menjalin berbagai kerjasama dengan lembaga pendidikan Islam, melalui sejunnlah program, seperti misalnya undangan bagi para guru pesantren untuk melakukan kunjungan studi perbandingan pendidikan di Jepang, ceramah oleh pakar Jepang dan pakar Indonesia, dll. Di Kedutaan Besar Jepang juga pernah bertugas diplomat Jepang yang beragama Islam, a,I. Bapak H. Arifin Nagai, dan alm. Bapak Shoji Onishi.

Sekaranglah waktu yang paling tepat bagi Jepang untuk berupaya sebaik-baiknya rnemperkokoh hubungan persahabatan dengan rakyat dunia lslam,terutama dengan rakyat Indonesia. Hal yang menarik, ternyata kebudayaan tradisional Jepang memiliki sejumlah persamaan nilai hidup dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam, misalnya dalam soal kebersihan, etos kerja, kesopanan, kepedulian sosial, kejujuran, dll. Di bidang seni-budaya, juga dapat disebutkan hal-hal yang ada kesamaannya, seperti musik irama tambur taiko yang dapat kita sandingkan dengan rempak bedug. Seni kaligrafi berhuruf Jepang berkembang di negara kami, sementara dalam dunia Islam kita melihat banyak karya seni kaligrafi bertulisan Arab yang maha indah. Itu baru bebenapa contoh saja. Secara umum,dapat disimpulkan bahwa sudah ada faktor-faktor yang menjembatani saling pengertian antara Jepang dan dunia Islam, khususnya Islam di Indonesia. Kiranya adalah tugas kita bersama untuk mengambil manfaat dan faktor-faktor demikian bagi diperdalamnya saling pengertian antara kedua belah pihak, guna mempererat persahabatan yang telah terjalin.

Leave a comment